Selasa, 30 Oktober 2012

Kasih Seorang Ayah


Seorang pemuda sebentar lagi akan di-wisuda, sebentar lagi dia akan
menjadi
seorang sarjana, akhir jerih payah-nya selama beberapa tahun di bangku
pendidikan. Beberapa bulan yang lalu dia melewati sebuah showroom, dan
saat
itu dia jatuh cinta kepada sebuah mobil sport, keluaran terbaru dari
Ford.

Selama beberapa bulan dia selalu membayangkan, nanti pada saat wisuda
ayahnya pasti akan membelikan mobil itu kepadanya.
Dia yakin, karena dia anak satu-satunya dan ayahnya sangat sayang
padanya, sehingga dia yakin banget nanti dia pasti akan mendapatkan
mobil
itu. Diapun berangan-angan mengendarai mobil itu, bersenang-senang
dengan
teman-temannya. Bahkan semua mimpinya itu dia ceritakan ke
teman-temannya.
Saatnya pun
tiba, siang itu, setelah wisuda, dia melangkah pasti ke ayahnya.



Sang ayah tersenyum, dan dengan berlinang air mata karena terharu dia
mengungkapkan betapa dia bangga akan anaknya, dan
betapa dia mencintai anaknya itu. Lalu dia pun mengeluarkan sebuah
bingkisan,... bukan sebuah kunci !
Dengan hati yang hancur sang anak menerima bingkisan itu, dan dengan
sangat
kecewa dia membukanya. Dan dibalik kertas kado itu
ia menemukan sebuah Alkitab yang bersampulkan kulit asli, di kulit itu
terukir indah namanya dengan tinta emas.

Pemuda itu menjadi marah, dengan suara yang meninggi dia berteriak, "
Yaahh... Ayah memang sangat mencintai saya, dengan
semua uang ayah, ayah belikan alkitab ini untukku ? "
Lalu dia membanting Alkitab itu dan lari meninggalkan ayahnya. Ayahnya
tidak bisa berkata apa-apa, hatinya hancur, dia berdiri
mematung ditonton beribu pasang mata yang hadir saat itu.

Tahun demi tahun berlalu, sang anak telah menjadi seorang yang sukses.
dengan bermodalkan otaknya yang cemerlang dia
berhasil menjadi seorang yang terpandang. Dia mempunyai rumah yang
besar
dan mewah, dan dikelilingi istri yang cantik dan anak-anak yang cerdas.

Sementara itu ayahnya semakin tua dan tinggal sendiri. Sejak hari
wisuda
itu, anaknya pergi meninggalkan dia dan tak pernah
menghubungi dia. Dia berharap suatu saat dapat bertemu anaknya itu,
hanya
untuk meyakinkan dia betapa kasihnya pada anak itu. Sang anak pun
kadang
rindu dan ingin bertemu dengan sang ayah, tapi mengingat apa yang
terjadi
pada hari wisudanya, dia
menjadi sakit hati dan sangat mendendam.

Sampai suatu hari datang sebuah telegram dari kantor kejaksaan yang
memberitakan bahwa ayahnya telah meninggal, dan sebelum ayahnya
meninggal,
dia mewariskan semua hartanya kepada anak
satu-satunya itu. Sang anak disuruh menghadap Jaksa wilayah dan
bersama-sama ke rumah ayahnya untuk mengurus semua harta
peninggalannya.
Saat melangkah masuk kerumah
itu, mendadak hatinya menjadi sangat sedih, mengingat semua kenangan
semasa
dia tinggal disitu. Dia merasa sangat menyesal telah bersikap jelek
terhadap
ayahnya. Dengan bayangan-bayangan masa lalu yang menari-nari di
matanya, dia
menelusuri
semua barang di rumah itu. Dan ketika dia membuka brankas ayahnya, dia
menemukan Alkitab itu, masih terbungkus dengan kertas yang sama
beberapa
tahun yang lalu.

Dengan airmata berlinang, dia lalu memungut Alkitab itu, dan mulai
membuka
halamannya.
Di halaman pertama Alkitab itu, dia membaca tulisan tangan ayahnya,
"Dan
kamu yang jahat tahu memberikan yang baik
kepada anakmu, masakan Bapa-mu yang di sorga tidak akan memberikan apa
yang kamu minta kepada-Nya ?"

Selesai dia membaca tulisan itu, sesuatu jatuh dari bagian belakang
Alkitabitu. Dia memungutnya,.... sebuah kunci mobil ! Di gantungan kunci mobil
itu
tercetak nama dealer, sama dengan dealer mobil
sport yang dulu dia idamkan ! Dia membuka halaman terakhir Alkitab itu,
dan
menemukan di situ terselip STNK dan surat-surat lainnya, namanya
tercetak di
situ. Dan sebuah kwitansi pembelian mobil, tanggalnya tepat sehari
sebelum
hari wisuda itu.

Dia berlari menuju garasi, dan di sana dia menemukan sebuah mobil yang
berlapiskan debu selama bertahun-tahun, meskipun
mobil itu sudah sangat kotor karena tidak disentuh bertahun-tahun, dia
masih mengenal jelas mobil itu, mobil sport yang dia dambakan
bertahun-tahun
lalu. Dengan buru-buru dia menghapus debu pada jendela mobil dan
melongok
kedalam. Bagian dalam mobil itu masih baru, plastik membungkus jok
mobil dan
setirnya, di atas
dashboardnya ada sebuah foto, foto ayahnya, sedang tersenyum bangga.
Mendadak dia menjadi lemas, lalu terduduk di samping mobil itu, air
matanya
tidak terhentikan, mengalir terus mengiringi rasa menyesalnya yang tak
mungkin diobati........

HOW MANY TIMES DO WE MISS GOD'S BLESSINGS BECAUSE
WE CAN'T SEE PAST
OUR OWN DESIRES


kesimpulan : kasihilah dan sayangi kedua orang tua kita sebelum Bapa disorga memanggil mereka.

(Berbagai Sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar